gambar: http://pankajmahajan.hubpages.com/hub/walk-alone
Pada keheningan waktu yang berjalan dalam konstanta detik, aku meresah
Ada yang pekat dan ingin segera diketahui
Ia tabir kebenaran dan kepastian
Tik, Tok, Tik, Tok
Emosiku perlahan menanjak dalam kecepatan berbasis kilometer
Pelahan menuju angka 100
Kuno adalah nama tengahku
Kupelihara ia laiknya iman
Kusemai ia hingga tumbuh menjadi tameng nomor wahid untuk melindungiku, menjadi busaku saat nasib lagi-lagi menghempasku hingga kedalaman rasa sakit
Semua karena merasa
Ia utama dalam tubuh yang berjiwa
Ia transenden sekaligus absolut
Ia otoriter dalam kerangkeng hegemoni dan dominasi
Tik, Tok, Tik, Tok
Kutunggui kebenaran hingga pukul 6 senja bergulir
Senjakala hampir tiba
Pertanda sisa mesti direlakan dalam setenguk kecewa
Aku mencintaimu tidak untuk memaklumi sendiri dan terlukamu
Pun denting waktu yang kupunya tak mau kuhabiskan untuk menunggumu sepi
Ada mentari yang harus kujamahi dan gagahi hingga lelah sang nasib ereksi, bukan ejakulasi
Tik, Tok, Tik, Tok
Pikiranku hendak melakukan kudeta
Ia berontak terhadap niat baik, terhadap mimpi indah
Realita adalah imannya dan Logika adalah nabinya
Sementara Tuhan punya rencana lain dalam permainannya
Asap rokok mengepul ke angkasa, tak lagi dipunyai siapa
Aku mencintaimu
Aku membencimu
Hari sudah senja, sayang
Pertanda waktuku menuju surgaku
Tapi tak ada kau disana, barangkali belum