Jumat, 31 Oktober 2014

Cerita Tentang Padang


Alkisah ada sebuah padang luas di hati seorang Tuan. Sayangnya, padang luas itu gersang dan tandus. Tak ada tetumbuhan rimbun yang menghiasi padang dengan keindahan pun udara segar. Paling sesekali padang itu hanya ditumbuhi rerumputan liar. Padang itu tak membuat bahagia siapa jua yang bertandang untuk mencari keteduhan dan perasaan nyaman.

Suatu hari tanpa diperkirakan semesta sebelumnya, datanglah seorang gadis yang jatuh hati pada si pemilik padang. Diperkenankannya ia masuk dan singgah di padang luas tapi gersang itu. 

Sebab si gadis gemar bermain dan berjingkat-jingkat, ia senang bukan kepalang di padang luas itu. Katanya,"Akan kutanami padang ini dengan bebungaan warna pelangi dan pepohonan agar rimbun dan indah. Tuan yang kesepian ini akan kusemarakkan hidupnya. Aku akan mengajaknya melihat bahagia dari hati. Bahagia rasa sempurna."

Gadis itu pun kemudian mulai menanam benih dan menyirami padang itu dengan perasaan gembira. Benihnya berupa kasih dan sayang, mimpi dan harapan. Segala hal yang kiranya dapat membuat Tuan bahagia dan tak lagi merasa kesepian akan ia upayakan. 

Tapi masuk ke dalam padang berarti juga ia tak bisa keluar lagi. Entah mengapa demikian, mungkin karena si pemilik padang tak mendukung si gadis meraih mimpinya sendiri. Tuan tak pernah menanyakan apapun pada si gadis yang dengan riang gembira menumbuhkan keindahan pada padangnya yang gersang. Tuan juga tak pernah menemaninya menuju mimpi pribadi si gadis. 

Sesekali si gadis rindu juga melanjutkan perjalanan pribadinya meraih mimpi-mimpi yang sudah digelar sebelum bertemu dengan Tuan pemilik padang tandus tersebut. Diam-diam ia berharap akan menjalani mimpi pribadi dan mimpi lain bersama Tuan yang sangat ia sayangi. Sebab, si Tuan juga sering bercerita mengenai mimpinya. Bahkan si gadis masuk dalam rancangan masa depan bersama Tuan. Mereka juga mengikat janji di padang itu untuk selalu membahagiakan satu sama lain.

Seiring waktu pepohonan dan bebungaan mulai tumbuh indah di padang yang sebelumnya kering kerontang. Harum bunga-bunga warna pelangi menghiasi hati Tuan yang kecut dan sepi. Rindangnya pepohonan yang tumbuh membuat teduh hati si Tuan. Si gadis bahagia alang kepalang. Tuan perlahan kenal dengan bahagia rasa sempurna. Bahagia yang tak cuma tersungging dibibir dan terpancar dimata, tapi juga damai dihati. Salah satu mimpinya jadi nyata. 

Diam-diam ia berharap Tuan melakukan hal yang sama kepada dirinya;  membuat ia bahagia juga bersama Tuan. Ia ingin taman hatinya yang sebelumnya indah semakin indah. Sebab, sejak bersama Tuan dan tinggal di padang tandusnya, si gadis menelantarkan taman hatinya sendiri. Buka ia lupa untuk mengurusnya, tetapi ia lebih mementingkan mengurus padang milik Tuan yang ia kasihi. Padang itu masih memerlukan perhatiannya. 

Tapi sungguh, ia rindu kembali ke taman hatinya. Ia pun ingin mengajak Tuan pemilik padang untuk berkunjung ke taman hatinya dan melakukan hal yang sama seperti yang ia lakukan pada padang tandusnya. Tapi Tuan tampaknya tak ada keinginan sungguh-sungguh untuk itu. Saat si gadis berupaya membuat padang tandus yang mulai menjelma taman, Tuan asyik sendiri. Ia sibuk menyibukkan diri melakoni kesukaannya sendiri. Ia lupa membahagiakan si gadis. Ia lupa berusaha untuk membuat si gadis nyaman dan damai dalam hatinya. 

Beberapa kali si gadis merajuk tak kuat lagi mengurus padang hati Tuannya. Ia lupa bahwa ia senang bermain di taman alih- alih sedih dan merasa sendirian. Ia kesal tak diperhatikan, dibiarkan sendiri mewujudkan bahagia mereka. Ia marah dan kecewa karena merasa Tuan si pemilik padang tak sungguh-sungguh ingin mewujudkan mimpi bersama. 

Saat ia mengutarakan semua kekesalannya, Tuan acuh. Ia bilang,"Jika mau bersamaku, seperti inilah aku. Kau bisa pergi jika mau. Karena mengikutiku kau akan menderita."

Betapa egoisnya perkataan Tuan. Atas apa yang selama ini si gadis lakukan untuk pujaan hatinya, mencicip bahagia rasa sempurna dari taman hatinya, ia marah. Apa maksud semua janji dan kata-kata manis bahwa mereka akan berusaha satu sama lain untuk membuat bahagia? Si gadis tak bahagia bersama Tuan yang tak berupaya untuknya. Ia memutuskan untuk kembali kepada taman hatinya yang terlantar sekian lama. Dan Tuan tak memedulikan kepergian si gadis. Dalam keangkuhannya, Tuan pemiliki padang hanya diam.

Si gadis pun kembali menekuri taman hatinya yang sebelumnya terbengkalai. Tapi perasaannya cemas pada perkembangan padang yang tengah menjelma indah itu. Ia pun masih mencemaskan keadaan Tuannya yang akan kembali merasa sepi dan kosong. Tapi hati itu begitu keras.

Ia pun juga tahu dibalik dinginnya sikap Tuan, orang itu merasa sedih dirinya pergi. Sebab bahagia rasa sempurna itu adalah milik mereka. Tak akan ia dapat lagi ramuan bahagia itu tanpa si gadis. Diam-diam si Tuan sombong itu merajuk dan mengeluh. Ia merasa kosong dan padang hatinya terancam tandus kembali.

Tak tega dan masih begitu mengasihi Tuan pemilik padang yang sombong, si gadis kembali kepadanya. Ia rendahkan segala hal dari dirinya agar Tuan setidaknya bisa kembali bahagia dan mau berusaha untuk membuatnya bahagia. 

Berulang kali si gadis memutuskan pergi dan Tuan membiarkannya. Berulang kali si gadis ditanggapi dengan ketus dan dingin oleh Tuan. Berulang kali dalam diam si Tuan merajuk mendamba bahagia rasa sempurna yang entah bagaimana selalu diketahui oleh si gadis. Berulang kali juga si gadis kembali dan memohon agar Tuan mau berusaha untuk mewujudkan janji mereka. Berulang kali Tuan menerimanya kembali. Tapi saat mereka menjalani kembali bersama, semua tetap sama saja.

Hingga suatu hari taman hati si gadis itu ada yang diam-diam mengurusi. Dalam senyap yang begitu mesra, taman hati itu pelan-pelan tumbuh kembali meski pemiliknya tengah mengurusi padang Tuan yang membuat si gadis bahagia sekaligus menderita. Orang itu adalah kawannya karib yang selama ini menjadi tempatnya berkeluh kesah. Sebab kawannya inilah yang selalu mendengarkan setiap murka dan sedihnya. Kawannya inilah yang dalam diam menyalakan pelita dihatinya yang koyak moyak. 

Lalu kemudian siklus itu datang lagi. Di titik kemuakkannya, si gadis tetapkan hati untuk tak lagi kembali kepada Tuan yang padangnya sudah ia suburkan. Meski ia begitu mengasihinya, tapi ketika upaya untuk saling membahagiakan dan ia tak kunjung merasa tenang bersama Tuan si pemilik padang, mungkin pergi adalah jalan yang paling baik. Ia lelah menunggu, ia lelah berusaha sementara mimpi-mimpi dan bahagia sempurna mereka yang ingin dicapai mesti diupayakan bersama, bukan sendiri.

Mungkin Tuan pemilik padang tak akan menyangka kalau kali ini gadisnya pergi selamanya. Ia tetap merasa jumawa dan angkuh. Tak ada kata maaf atau terima kasih yang diucapkan Tuan kepada si gadis atas apa yang pernah ia tumbuhkan dalam hatinya. Tak pernah ada. Meski jauh dalam hati, Tuan yang padangnya mulai kembali gersang dan tandus merajuk juga. 

Dengan segenap perasaan sakit hati dan kecewa si gadis kembali pulang ke taman hatinya yang tengah disemai benih keindahan dan kebahagiaan oleh kawannya yang telah jatuh hati padanya. Hati yang moyak itu justru perlahan dibalut lukanya oleh kawannya. Digenggamnya kuat-kuat tangan si gadis yang cengeng itu begitu kembali ke taman hatinya sendiri. Katanya,"Aku akan mengobati semua sakitmu. Tak akan kubiarkan kau, Semestaku, bersusah hati. Udarkan semua sedih dan kecewamu, Sayang. Sebab aku mencintaimu."