Ada suatu perumpamaan menarik yang dilontarkan adikku
mengenai pilihan dalam hidup. Ya, pilihan-pilihan yang tersaji dalam hidup
menjadi pijakan bagi manusia untuk melangkah ke depan, suatu wilayah baru dalam
kehidupan yang mesti dijalani dengan kualitas ruang dan waktu yang juga baru
lengkap dengan segala variabelnya.
Pada salah satu dialog yang kulakukan dengannya, ia
berkata,”Tak mungkin kita terus berada di jalan tengah, menjadi orang tengah
yang punya posisi netral. Pada akhirnya kita mesti memilih sesuatu entah apa
pun.” Ya, aku paham perihal itu sejak dulu.”Ibarat sebuah jalan, kita sebagai
pejalan kaki mesti memilih hendak berada dijalur mana, kanan atau kiri. Kita
tak mungkin memilih berada di tengah jalan karena pasti resiko yang dihadapi
lebih besar-tertabrak kendaraan. Jadi, pilihan kita baik berada dijalur kiri
atau kanan merupakan jalan selamat yang sebenarnya memiliki resiko lebih
sedikit ketimbang berusaha menjadi pihak netral yang berada di tengah jalan.”
Aku tersenyum yang lambat laun diiringi dengan tawa. Yayayaya
… tentu saja ia benar. Analogi yang ia berikan membuka kesadaranku betapa
pentingnya memilih dalam hal apapun. Seberapa enggan kau untuk memilih untuk
berpihak di antara satu, paling tidak gunakan pilihanmu untuk menggugurkannya
agar pilhan yang kau punya tidak sia-sia begitu saja. Memilih menegasikan
pilihan lain yang tersedia dengan segala kemungkinan resiko pun keuntungannya.
Hidup seperti sebuah laju arus kendaraan yang hanya dapat
berhenti sejenak saat bertemu dengan lampu lalu lintas. Berhenti di tengah
jalan berarti mati dan kita hilang eksistensi. Membiarkan banyak hal menuntun
tanpa pernah kita benar-benar memilih juga mengabaikan pilihan dan kehendak
bebas yang kita punya, walau apa yang disebut kehendak bebas ini masih absurd.
Namun, dalam sebuah lintasan jalan raya, tidak semuanya memiliki kendaraan
untuk melaju dengan cepat dan nyaman. Ada beragam jenis kendaraan yang hadir
pun para pejalan kaki ikut terhitung di dalamnya. Demi apa kiranya kita
bertaruh pada jalanan yang tak pernah lengang? Bertaruh pada hidup yang tak pernah
berhenti dari alur waktu yang terus mendesak ke depan? Demi suatu tujuan.
Tujuan yang bisa jadi beragam bagi masing-masing kita.
Setiap pilihan, seperti kataku tadi, selalu mengandaikan
resiko masing-masing. Ada yang hilang saat pilihan satu diambil dan membuang
yang lain. Aku hanya perlu mempersiapkan diriku untuk menerimanya. Bagaimana
pun dari sini aku tahu aku akan mendapatkan banyak pelajaran berharga yang
membuatku lebih mengenal diri sendiri .
Posisi netral saat aku memilih jalan tengah pada tengah
jalan, mengabaikan fakta lain bahwa aku sebenarnya adalah pelaku. Aku terlibat
di dalamnya. Posisi netral hanya menampik bahwa aku punya pilihan yang harus
kupilih.
Aku takut. Aku masih takut dengan banyak hal. namun,
setidaknya ketakutan itu harus kuhadapi
salah satunya. Aku harus tahu, seperti apakah diriku dengan pilihan yang
kupunya dan telah kupilih. Entah itu akan membuatku maju ataupun semakin
menyesali yang lalu, nyatanya aku akan belajar hal baru. Itu yang terpenting
kiranya. Kanan maupun kiri bukan hal besar, pilih saja yang aku yakini paling
benar. Toh, ini hal biasa yang mesti dihadapi manusia.
Adikku tersenyum sumringah karena penyadarannya terhadap
jalan tengah tidak hanya menyentakku, melainkan juga dirinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar