Aku selalu tahu ada yang tak kuat
dalam diriku untuk menghidupkan imajinasi. Gambaranku tak tegas, bahkan
bergelombang. Gelap dan pekat. Bahkan sering kali berubah-ubah. Bagaikan
mencoba membangun istana dari salju. Gagal adalah nama bayanganku yang selama
ini kuhindari untuk diberi nama. Aku tahu aku akan goyah, suatu saat nanti.
Namun aku bertemu Malchizedek,
raja Salem. Ia menunjukkan padaku lewat seorang bocah gembala mengenai makna
hidup. Ya, aku mendengarkan obrolan mereka pada suatu senja dan tergelitik.
Perasaan hening menjalari dan memaksaku untuk mengusap luka yang menanah pada
tubuh pun jiwaku. Suatu kisah diceritakan Malchizedek mengenai Legenda Pribadi,
suatu mitos kanak-kanak yang justru itulah menjadikan manusia hidup dan
bermakna.
Aku bertemu anugerah dan
berkesempatan mendengarkan sabda Tuhan dari menguping perbincangan mereka. Aku
melihat cahaya diatas tubuh manusia dan kutahu Tuhan sedang tersenyum
mengetahui perbuatanku yang mengintip serta menguping pembicaraan orang yang
tak kukenal. Aku meringis menghadapi senyuman Tuhan, layaknya seorang bocah
yang ketahuan telah membuat piring kesayangan ibunya pecah berderai. Biar
begitu, aku tahu Tuhan bersamaku dan si tua Malchizedek mengedipkan sebelah
mata sayunya padaku pertanda ia tak berkeberatan.
Tercenung, aku tahu apa yang
pernah ingin kulukiskan dalam kanvas hidupku. Apa yang ingin kubangun di atas
sebidang tanah milikku sewaktu aku masih begitu muda. Ada banyak hasrat yang
ingin kugapai dan kucapai bintang gemintang. Seperti seorang kawan pernah
berseloroh bahwa tiada mimpi yang tak berharga walau sekecil apapun. Semua
mimpi indah selama ia diyakini. Ya, ada maket yang ingin kubuat nyata dengan
membangunnya sendiri dari setiap bata dan gumpalan semen yang kuoleskan untuk
mendirikan dinding. Kupancangkan tiang, kututupi dengan atap dan akhirnya
kubangun sebuah istana dimana segala imajinasi dan mimpiku berubah dan
berkembang menghasilkan kebahagiaan seluas aku hidup dan tak ada
habis-habisnya.
Perjalanku ibarat menaiki sebuah
kereta super cepat dimana aku berada di dalam salah satu gerbong. Aku tahu aku
akan selalu siap menikmati setiap perjalanan yang tersaji dihadapanku. Kulihat
sekelilingku saat kereta melaju lurus ke depan. Aku menikmati mereguk banyak
pemandangan untuk kukumpulkan menjadi
kisah baru perjalananku menuju stasiun pemberhentian terakhir yang
kumaksud. Dan aku bahagia, dengan seronok kutahu hasratku mengenai hidup tak
akan mati, dan akan bergelora kembali. Ya, aku hidup. Sekali lagi aku hidup
walau realitas berusaha mematisurikanku ke dalam lumbung yang kadang penuh
kesenangan maupun kesedihan baru.
Seperti seorang anak yang
bertanya dengan si bijak tua mengenai apa itu menjadi bahagia. Si bijak tua
hanya menyuruhnya berkeliling istana sambil memegang sebuah sendok berisi
minyak. Yang pertama dilakukan si anak, ia berkeliling istana namun hanya
berfokus pada sendok berisi minyak agar minyak yang dibawanya tak tumpah.
Bukan, itu bukan bahagia. Yang kedua dilakukan si anak, ia membawa kembali
sendok berisi minyak dan berkeliling istana menikmati semua pemandangan yang
ada namun minyak yang ada ditangannya tumpah. Bukan, itu bukan bahagia. Si
bijak hanya tersenyum dan berkata bahwa bahagia adalah menggenggam sendok
berisi minyak tersebut agar tidak tumpah, namun tetap menikmati berbagai
pemandangan yang tersaji disekelilingnya.
Perhatikan alam dan kau akan tahu
bahwa Tuhan telah meninggalkan padamu jejak-jejak yang dapat kau ikuti untuk
mencapai Legenda Pribadimu. Legenda Pribadimu adalah bagian dari jiwa alam,
dimana saat kau menginginkannya untuk menjadi kenyataan, maka semesta akan
mendukungmu untuk mewujudkannya.
Tuhan masih mengamatiku dan telah
menunjukkan padaku untuk tidak menyerah. Aku tahu aku akan apa pada sisa
hidupku. Aku akan menulis mengenai Legenda Pribadiku..
Terima kasih hidup untuk terus
mengaliriku dengan berjuta keindahan tiada terperi. Terima kasih hidup untuk
berbagai perasaan yang membuatku belajar lebih kuat. Terima kasih hidup untuk
banyak jalan yang tersaji dan aku mesti belajar lagi mencari jejak bagai
seorang pramuka pemula yang mencari jalan keluar. Terima kasih hidup atas
banyak warna yang ditunjukkan padaku. Terima kasih hidup atas pemulihan dari
berbagai makna yang sempat hilang dariku. Terima kasih Tuhan atas hidup yang
demikian membangkitkan rasa syukur. Terima kasih…
tulisan yang indah, cerminkan kelembutan penulisnya lewat cara memperlakukan kata. Kita memang selalu belajar dari yang hidup karena kita berusaha hidupkan segala yang ada, batu menari-nari, bunga merayu-rayu, dan engkau ajari aku. Kita hidup lewat apa yang telah dihidupkan, maknanya terus bergerak lewat setiap gerak tubuh mu hingga kehidupkan selalu dianggap suatu hal baru. lalu, apa artinya hidup, belajar, dan, pencarian? saat semua itu lahir dari pancaran diri mu sendiri.
BalasHapus