Film - The Hunger Games; Cacthing Fire
Sutradara: Francis Lawrence
Pemain: Jennifer Lawrence, Josh Hutcherson, Liam Hemsworth, Donald Sutherland
Produksi: Lionsgate, 2013
"Kamu harus bisa mengenali siapa musuhmu sesungguhnya..."
Kalimat ini menjadi azimat yang dilontarkan beberapa kali dalam sekuel The Hunger Games, Cathing Fire.
***
Menjadi pemenang dalam kompetisi Hunger Games ke-74 nyatanya tak membuat tenang apalagi aman hidup Katniss Everdeen (Jennifer Lawrence). Kemenangannya dengan cara mencurangi permainan adu nyawa bersama rekannya, Peeta Mellark (Josh Hutcherson) diketahui oleh Presiden Snow (Donald Sutherland). Pasalnya aksi heroik pemuda-pemudi distrik 12 ini menghembuskan angin harapan kepada segenap rakyat di 12 distrik negara Panem, eks Amerika Utara paska bencana hebat.
Hal demikian tentu merupakan pertanda tak baik bagi kelangsungan rezim Snow di Capitol. Apalagi pada film sebelumya, kompetisi sumbang nyawa ini dijadikan selebrasi bagi seluruh Panem. Snow ingin menunjukkan pengorbanan akan keutuhan dan kesatuan Panem dibawah Capitol adalah sesuatu yang mutlak. Sekaligus Snow ingin menunjukkan bahwa laku lacung revolusi yang 74 tahun lalu pernah terjadi dan gagal, tak akan pernah berhasil sampai kapan pun.
Hunger Games sendiri dirancang dengan memilih pemuda-pemudi dari12 distrik. Mereka diadu dalam serangkaian permainan bertahan hidup, membunuh atau dibunuh. Kompetisi kejam ini disiarkan ke seluruh penjuru negeri lewat program televisi reality show yang dipandu Caesar Flickerman (Stanley Tucci).
Dianggap memiliki potensi membangkitkan revolusi, Katniss menjadi sasaran pembunuhan oleh Snow. Alih-alih membunuh Katniss secara langsung, Snow mengikuti saran perancang Hunger Games pengganti Seneca Crane, Plutarch Heavensbee (Philip Seymour Hoffman). Bertepatan dengan kompetisi Hunger Games ke-75 yang, agar peserta yang ikut adalah mereka yang memenangkan Hunger Games pada tahun-tahun sebelumnya dari 12 distrik. Plutarch merancang kompetisi Hunger Games ke-75 lebih sulit dengan lawan yang sulit. Tujuannya hendak menampilkan sosok Katniss yang siap membunuh terlebih dahulu sebelum dibunuh oleh lawannya. Agar sekam revolusi yang ada dalam benak rakyat Panem tak membara karena sosok Katniss yang dianggap sebagai simbol perjuangan.
Film berdurasi 146 menit ini dikemas Francis Lawrence dengan mengaburkan batasan tokoh protagonis dan antagonis. Meski kita bisa saja mengklasifikasikan siapa yang berada dipihak Katniss atau Snow, tetapi munculnya tokoh baru seperti Plutarch dan beberapa pemenang Hunger Games sebelumnya tak bisa ditebak. Nyatanya bara revolusi di masing-masing distrik mulai menyulut.
Dengan racikan sedikit teori kelas Karl Marx, totalitarianisme ala Machiavelli, dan teori dilema narapidana, Francis sukses menampilkan Hunger Games; Cathing Fire. Nasib 12 distrik menyedihkan yang menjadi penopang kemewahan Capitol menjadi ciri penanda pikiran Marx meresap dalam film. Rezim kekuasaan yang dijalankan Presiden Snow menunjukkan totaliarianisme yang hendak dijaga pemerintahan Punam. Kompetisi yang mengisolasi ke-24 pemenang dalam arena bertahan hidup memaksa mereka menggunakan rasionalitas tak percaya (instrumental) adanya kerja sama antar satu dengan lainnya demi keluar hidup-hidup sebagai pemenang Hunger Games.
Film yang diadaptasi dari novel berjudul sama karya Suzanne Collins ini memang ringan meski tetap ada adegan hantam-hantaman. Biasa saja sebenarnya, dengan alur yang lambat dan tak terlalu mencekam. Mengingat ini adalah film yang seharusnya membawa kesan garang dan kejam karena ada banyak darah yang terkorbankan. Tetapi kesan tersebut tak dominan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar